Bagikandakwah – Sahabat dakwah, sering kali kita mendengar
ungkapan "Cinta tanpa cemburu berarti tidak sayang". Memang benar,
salah satu ungkapan cinta dan sayang adalah cemburu. Namun cemburu berlebihan
disertai posesif tidaklah baik. Jadi cemburu seperti apakah yang dibenarkan?
Yukkk baca artikel dibawah ini
Menurut Rasulullah cemburu tersebut ada dua yaitu cemburu
yang terpuji dan cemburu yang tercela. Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang
beralasan. Misalnya seorang istri cemburu ketika melihat suami jalan dengan
wanita lain. Seorang istri cemburu saat melihat suami melakukan maksiat,
berzina, atau melakukan larangan Allah lainnya.
Sedangkan cemburu yang tercela adalah cemburu yang tanpa
bukti. Hanya karena prasangka negatif pada pasangan atau akibat mendengar dari
orang lain baik saudara atau keluarga yang belum tentu kebenarannya. Rasa
cemburu seperti inilah yang dilarang karena dapat memicu permasalahan dalam
rumah tangga.
Dalam rumah tangga saling percaya sangat dibutuhkan.
Hilangnya kepercayaan merupakan awal munculnya permasalahan. Munculnya ketidakpercayaan
merupakan akibat prasangka- prasangka yang tidak baik kepada pasangan sendiri
yang belum tentu kebenarannya. Oleh karena itu saat mendengar kabar dari siapa
pun, jangan langsung percaya. Pastikan dulu kebenarannya.
Saling percaya harus dimiliki setiap pasangan. Hal ini agar
rumah tangga terasa damai dan tenang. Karena tidak ada rasa curiga atau gundah
saat suami bekerja di luar untuk mencari nafkah. Tidak langsung berprasangka
buruk saat pasangan mendapat telpon atau sms dari lawan jenis karena mungkin
ada urusan kantor. Tidak perlu takut atau gundah saat pasangan jauh dari kita.
Hal ini semua karena adanya rasa saling percaya dan saling menjaga kepercayaan
itu.
Semoga bermanfaat
Sumber : ummi-online.com