Bagikandakwah – Sahabat dakwah, Banyak orang yang
mendambakan kebahagiaan, mencari ketentraman dan ketenangan jiwa raga
sebagaimana usaha menjauhkan diri dari sebab-sebab kesengsaraan, kegoncangan
jiwa dan depresi khususnya dalam rumah dan keluarga.
Wahai pemimpin keluarga , Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka . Firman Allah mengatakan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً وقودها النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عليها مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدادٌ لاَّ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim [66]:6)
Mengutip
dari kisah Abu Lahab
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia
usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula)
istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS
Al-Lahab [111]: 1-5)
Life is choice, hidup
adalah pilihan. Setiap pilihan punya konsekuensi sendiri. Ayat di atas
menjelaskan tentang potret keluarga Abu Lahab, penghuni neraka. Sebagai kepala
keluarga, Abu Lahab telah memilih jalan kesesatan bagi dirinya dan keluarganya
(istrinya). Maka, pasangan suami-istri ini pun mendapatkan balasan atas
pilihannya, yaitu kesengsaraan yang abadi, di neraka.
Siapakah Abu Lahab dan istrinya?
Abu Lahab adalah
salah seorang paman Baginda Nabi Muhammad saw. Nama lengkapnya Abdul 'Uzza bin
Abdul Muththalib. 'Uzza adalah nama tuhan berhala kesohor yang disembah kaum
Quraisy, sehingga Abdul 'Uzza berarti hamba tuhan 'Uzza. Ia termasuk pembesar
kabilah Quraisy. Di kalangan kaumnya, ia biasa dipanggil dengan Abu Utaibah.
Namun, ia kondang dengan julukan Abu Lahab karena wajahnya merah seperti warna
merah api yang menyala.
Istrinya, Arwaa binti
Harb bin Umayyah, juga dari keluarga berada dan termasuk dalam deretan tokoh
perempuan terpandang di kabilah Quraisy. Saudara perempuan Abu Sufyan ini biasa
dipanggil dengan Ummu Jamil (Tafsir Ibnu Katsir V/270).
Meski ada hubungan keluarga dekat dengan Nabi saw, suami
istri ini adalah orang yang paling benci dan sangat memusuhi Rasulullah dan
dakwah yang dibawanya. Sepak terjang permusuhan mereka terhadap Pemimpin dan
Murabbi Da'i (Nabi) sepanjang zaman telah direkam sejarah.
Imam Ahmad meriwayatkan Rabi'ah bin Abbad dari kabilah Banu
Ad Dail, yang kemudian masuk Islam bercerita, "Aku pernah melihat Nabi saw
di masa jahiliyah di pasar Dzil Majaaz, beliau bersabda, “Wahai manusia,
ucapkanlah Laa Ilaaha Illallaahu (Tidak ada Ilah selain Allah) niscaya kalian
akan berbahagia.” Dan orang-orang (waktu itu) berkerumun mengelilingi beliau,
sementara di belakangnya ada seorang lelaki berwajah kemerahan dan bermulut
sumbing menyelanya, “Sungguh dia ini (maksudnya: Muhammad) adalah pemuda
pembohong.” Kemana pun Nabi saw pergi, lelaki itu selalu membuntutinya. Lalu aku
bertanya siapa lelaki yang selalu mengikutinya itu, mereka menjawab, “Dia
adalah pamannya, Abu Lahab." (Tafsir Ibnu Katsir V/269)
Rumah
tangga penghuni neraka
Ayat-ayat dalam surat
Al-Lahab di atas memotret kehidupan rumah tangga yang dibangun di atas
kekufuran, kebencian yang dahsyat terhadap dakwah dan Risalah Ilahiyah serta
pembawa risalahnya, Muhammad saw. Abu Lahab yang bersinergi dengan istrinya,
mempraktikkan segala bentuk permusuhan kepada Nabi, mulai dari intimidasi,
mempermalukan di depan khalayak umum, negative campaigne, pembunuhan karakter
sampai upaya-upaya menyakiti Nabi secara fisik.
Karena itu, ketika menafsirkan ayat, “Dan (begitu pula)
istrinya, pembawa kayu bakar”, kebanyakan ulama menafsirkannya sebagai kiasan bagi
penyebar fitnah, ke mana-mana selalu menjelek-jelekkan Nabi saw dan kaum
Muslimin. Tapi ada juga ulama yang menafsirkannya secara hakiki. Bahwa istri
Abu Lahab sering membawa kayu bakar yang berduri pada malam hari.
Menyebarkannya di jalan yang biasa dilalui Nabi dan para sahabat sehingga
mereka terluka dan terjatuh karenanya. Pendapat ini didukung oleh Abu Hayyan
(Lihat: At Tafsir Al Munir, Dr. Wahbah Az Zuhaili, XXX/457-458).
Maka, pantaslah keluarga ini mendapatkan kesengsaraan di
dunia, meskipun mereka bergelimang harta seperti disinggung pada ayat kedua,
dan mereka diancam neraka. Bagi Abu Lahab, ancaman Allah, “Binasalah kedua
tangan Abu Lahab” adalah doa kebinasaan. "Dan sungguh dia binasa"
yakni benar-benar telah terbukti bahwa dia binasa dan celaka, hal ini merupakan
post dari Allah. Di akhirat ia diancam dengan siksa api neraka Jahanam,
"Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak". Terdapat
kesesuaian lafazh dan bentuk; disebut Abu Lahab karena wajahnya kemerahan bak
api, ia kelak disiksa di neraka yang Lahab—bergejolak. Maka, sungguh ia telah
rugi dunia dan akhirat.
Sedangkan bagi istrinya, Allah mengancam, "Yang di
lehernya ada tali dari sabut". Allah menggambarkan kondisi ketika ia
disiksa dalam api neraka Jahanam dengan kondisinya di dunia, yaitu sebagai
penyebar fitnah, dan ketika memikul kayu berduri dan melilitkannya di lehernya
kemudian ia tebarkan di jalan yang dilalui Nabi. Sebab, balasan itu sesuai dan
setimpal dengan perbuatannya.
Ketika Ummu Jamil mendengar turunnya surat ini, dengan
membawa batu ia mendatangi Abu Bakar yang sedang bersama Rasululllah di dalam
masjid. Perempuan itu berkata, "Telah sampai post kepadaku bahwa sahabatmu
(maksudnya Nabi saw) telah menghinaku. Sungguh aku akan hajar dia dan benar-benar
aku akan hajar dia.” Rupanya Allah telah membutakan penglihatannya dari melihat
Rasulullah. Diriwayatkan bahwasanya Abu Bakar ra bertanya kepadanya,
"Apakah engkau melihat seseorang bersamaku?" Ummu Jamil menjawab,
"Apa engkau menghinaku? Sungguh aku tidak melihat selainmu." (Lihat:
Tafsir Al Bahr Al Muhith, Abu Hayyaan, VIII/526 dan lihat Tafsir Ibnu Katsir
V/270)
Di dalam surat ini terdapat mukjizat yang gamblang dan bukti
yang jelas tentang kenabian Rasulullah. Ayat di atas mempostkan bahwa pasangan
suami istri tersebut tidak akan beriman, dan begitulah yang terjadi, keduanya
mati dalam keadaan kafir. Juga menginformasikan keadaan keduanya yang kelak
akan disiksa dalam api neraka Jahanam yang menyala-nyala, padahal ketika turun
surat ini keduanya masih hidup. Hal ini jelas membuktikan kebenaran kerasulan
Muhammad saw.
Tentu, tak ada satu pun dari kita yang menginginkan keluarga
kita akan berakhir mengenaskan di neraka kelak seperti keluarga Abu Lahab.
Maka, seluruh tenaga, pikiran dan harta harus kita kerahkan untuk mentarbiyah
dan mendidik seluruh anggota keluarga kita untuk menjadi pendukung dan aktivis
dakwah, bukan menjadi musuh dakwah dan musuh juru dakwah.
Sungguh, siapapun yang memusuhi dakwah dan juru dakwah, maka
akan mendapatkan balasan seperti yang diterima oleh Abu Lahab, yaitu Naaran
Dzaata Lahab(neraka yang bergejolak). Na'uudzu billaahi min dzaalik.
Asbaabun
nuzul Surat Al-Lahab
Dari Ibnu Abbas ra berkata, ketika turun ayat, "Dan
berilah peringatan kepadakerabat-kerabatmu yang terdekat" (QS Asy-Syu'araa
[26]: 214), dan orang-orang yang ikhlas dari kabilahmu, Rasulullah saw langsung
keluar menuju bukit Shafa, lalu berteriak, “Ya Shabaahaah!” (Panggilan untuk
mengumpulkan orang di pagi hari). Mereka bertanya-tanya, “Siapa yang berteriak
ini?” Mereka menjawab, “Muhammad.” Mereka pun segera berkumpul kepadanya. Nabi
memanggil (lagi), “Wahai Bani Fulan, wahai Bani Fulan, wahai Bani Abdi Manaaf,
wahai Bani Abdul Muththalib!” Maka berkumpullah orang-orang (dari
kabilah-kabilah yang disebut tadi) kepadanya.”
Nabi saw bersabda (setelah mereka berkumpul) lagi,
"Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku memposthukan kepada kalian
bahwasanya seekor kuda akan keluar di puncak bukit ini, apa kalian akan
membenarkanku?" Mereka menjawab, "Kami belum pernah melihatmu
berbohong.” Nabi saw lalu bersabda, "Ketahuilah sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan di antara siksa yang pedih.” Abu Lahab pun langsung
menyahutnya, "Tabban laka (binasalah kamu)! Apa hanya untuk ini engkau
kumpulkan kami?!” Kemudian dia bangkit dan pergi, lalu turunlah surat ini,
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab" dan sungguh ia benar-benar binasa.
(HR Bukhari, no. 4589 dan Muslim, no. 307, dan lafazh hadits ini milik Muslim)
Semoga menjadi pengingat dan bermanfaat
Sumber : ummi-online.com