Skenario Allah yang Memang Indah, Hikmah dalam Tiap Ujian Cinta

Bagikandakwah - Sahabat Dakwah, taukah anda  awal mulanya kisah cinta Ali bin Abi Thalib dengan Fathimah? Sepupu muda Rasulullah yang disebut-sebut Rasul sebagai gerbang ilmu pengetahuan ini menaruh hati pada putri Rasulullah SAW di masa-masa remajanya.



Bak seorang remaja yang sedang memasuki masa pubertasnya, hatinya dipenuhi keinginan untuk menjadi partner 24 jam-nya Fathimah. Tapi Ali sadar bahwa dirinya tak memiliki apa-apa. Terlebih lagi tersebar post bahwa Abu Bakr telah meminang Fathimah. Saat itu asa pupus. Ali pun menyadari bahwa dirinya hanya seonggok batu kerikil bila dibandingkan dengan sosok Abu Bakr. Senyum pun tersirat.

Tak lama kemudian, terdengar kabar bahwa lamaran Abu Bakr ditolak Rasul. Secercah harapan muncul dalam diri Ali. Tapi kembali terhapus saat Ali mendengar kedatangan Umar mengunjungi kediaman Rasul dengan niat yang sama seperti Abu Bakr. Perang batin berkecamuk di dalam diri Ali. Satu sisi mengatakan bahwa Ali ingin sekali menikahi Fathimah, namun sisi yang lain mengatakan bahwa dirinya tak pantas disandingkan dengan putri seorang utusan mulia.

Namun skenario Allah tak dapat disangka-sangka. Beberapa lama kemudian datang Abu Bakr dengan senyum manisnya sembari membawakan undangan kepada Ali. Undangan dari Rasul. Berbekal rasa penasaran, Ali segera mendatangi Rasul. Tak ada hari yang paling indah bagi Ali selain hari dimana Rasul menjodohkan Ali dengan putri kesayangannya itu. Betapa bahagia hati Ali mendapatkan tawaran khusus dari Rasul. Plot cerita yang Ali bayangkan ternyata tak dapat mengalahkan kronologi kisah yang telah Allah buat.

Skenario Allah memang sangat indah..

  
Ibrahim as. Bapak para nabi ini memiliki segudang kisah inspiratif yang mengandung jutaan hikmah didalamnya. Gelar bapak para nabi ini dimulai ketika Ibrahim as ingin memiliki keturunan. Kisahnya bermula ketika Ibrahim as menikahi anak pamannya nan cantik jelita, Sarah. Di usia pernikahannya yang sudah cukup lama, Ibrahim as dan Sarah masih belum dikaruniai seorang anak. Keinginan memiliki keturunan ini begitu menggebu-gebu. Tak heran. Setiap pasangan pasti ingin memiliki keturunan yang akan melanjutkan perjuangan dakwahnya. Ibrahim as dan Sarah hanya bisa pasrah. Karena bagaimanapun di atas sana ada Dzat Yang Maha Segalanya. Ibrahim as dan Sarah menganggap ini sebagai ujian di dalam pernikahan mereka.

Suatu hari, Ibrahim dan Sarah hijrah ke Mesir. Kala itu, Mesir dipimpin oleh raja yang zalim yang hobinya mengoleksi wanita.  Kedatangan Ibrahim as dan Sarah tercium oleh sang raja. Terlebih kecantikan Sarah yang membuat sang raja ingin memilkinya. Sang raja pun memaksa Ibrahim menyerahkan Sarah. Ujian kembali menimpa Ibrahim as. Kedatangan pertamanya ke Mesir harus disambut dengan perlakuan tak pantas seorang raja. Sarah pun berdoa. Ketika itu sang raja merasa lehernya tiba-tiba tercekik. Merasa ketakutan, akhirnya Ibrahim as dan Sarah diminta pergi oleh raja. Sebelum pergi, raja memberikan seorang hamba sahaya kepada mereka. Namanya Hajar.

Doa Ibrahim pun terjawab, dari pernikahannya dengan Hajar, lahirlah seorang anak tampan bernama Ismail. Memang sekilas menyakitkan bagi Sarah. Anak pertama Ibrahim as bukan berasal dari dirinya. Sarah pun ingin mempunyai anak. Tapi kisahnya tak berhenti sampai di situ. Tak lama kemudian, Allah mengaruniai anak dari Sarah. Anak itu diberi nama Ishaq. Kedua putra Ibrahim ini diutus menjadi nabi, pembawa risalah Islam. Doa Ibrahim dan Sarah terjawab sudah.

Skenario Allah memang indah..

“Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

-------

Bersyukurlah kita menjadi seorang muslim, dimana ketika Allah swt berikan ujian, maka Islam mengatur bagaimana cara menyikapi ujian tersebut, dan janji Allah swt adalah pahala bagi mereka yang sabar terhadap ujian yang dihadapinya, plus tambahan ilmu pendewasaan diri yang kita dapatkan dari hadirnya masalah tersebut.

Masalah yang menghampiri kita harusnya menjadi cambuk dan suplemen bagi diri dan jiwa kita agar kita menyadari bahwa masih betapa kecilnya kita dihadapanNya, betapa tak berdayanya kita jika di bandingkan dengan kekuasaan Allah. Mungkin ujian yang kita hadapi saat ini dirasa sebagai ujian terberat dalam hidup kita, namun tahukan kita bahwa “Allah tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum orang tersebut berusaha merubahnya sendiri?”. Itu artinya ujian yang kita hadapi sudah ada takarannya, sudah diperhitungkan oleh Allah swt menurut kadar kemampuan kita.

Jadi jika anda berpikir bahwa masalah ataupun ujian anda terasa sangat berat itu wajar, karena kita sebagai manusia memiliki keterbatasan, namun yang perlu diingat bahwa janganlah lari dari masalah atau ujian tersebut.  Ujian ada untuk menguji kesabaran, untuk mengingatkan kita, dan untuk mendewasakan kita. Jangan menyesali ujian yang datang dan jangan sampai pula kita menyalahkan Allah swt atas ujian yang Dia berikan.

Allah sudah mengatur dengan rapi masa-masa indah dan bahagia bagi hambaNya, tujuannya untuk melihat apakah kita bersyukur terhadap nikmat tersebut. Dan Allah juga telah merancang dengan sempurna masa-masa sulit dan sedih bagi kita, tujuannya untuk melihat apakah kita bersabar, bertawakkal dan tetap survive dengan ujian yang kita terima.

Ketika anda menghadapi ujian/ masalah lalu stress dengan ujian tersebut. Yakinlah, sebenarnya andalah yang bermasalah. Ya diri kitalah yang bermasalah karena mindset atau cara pandang kita terhadap ujian tersebut salah, sehingga ketika cara pandang salah, ia akan mempengaruhi sikap dan teraktualisasilah sebagai cerminan diri yang tampak diluar.

Beda karakter, beda cara

Setiap kita memiliki sudut pandang, serta cara penyelesaian masalah yang berbeda tergantung dari karakter masing-masing orang. Karakter yang kita miliki ini dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, sekolah, dan lingkungan tempat tinggal kita. Jika sejak kecil kita terbiasa dilindungi orangtua dan kemauan kita selalu dituruti, maka besar kemungkinan kita akan tumbuh menjadi seseorang yang rapuh dan rentan. Dan sebaliknya, jika sejak kecil kita diajari selalu mandiri dan terbiasa memecahkan masalah sendiri, kita berkembang menjadi orang yang lebih kuat dan ngga cengeng meski dalam keadaan tertekan. Nah, sekarang kita harus melatih diri untuk menyelesaikan masalah kita sendiri, jangan dibiarkan berlarut-larut atau bahkan melarikan diri. Ada baiknya untuk pertama-tama bertanya atau meminta masukan pada orang-orang terdekat, seperti sahabat, orangtua atau orang yang berpengalaman. Atau bisa dengan bantuan seorang professional seperti Konselor atau Psikolog, karena mereka akan melihat dari berbagai sudut pandang khususnya pada diri kita sebagai seorang individu, bukan focus terhadap masalah anda. Karena bisa saja diri kitalah sebenarnya yang bermasalah sehingga masalah tersebut menjadi kambing hitam sebagai pembenaran dan mekanisme pertahanan diri kita.

Muhasabah diri (intropeksi diri)

Ujian diberikan pada kita karena Allah ingin melihat hambaNya, bersimpuh sujud dihadapanNya, berusaha lebih baik untuk memperbaiki diri, menyerahkan sepenuhnya segara urusan kita kepada Allah swt. Allah memiliki pandangan yang begitu luas diluar pandangan kita sebagai manusia. Rencana Allah bahkan jauh lebih indah di banding rencana kita. Kita boleh memiliki impian dan harapan yang indah-indah, namun ketika harapan dan impian tidak sesuai dengan kenyataan yang kita terima, maka kita haruslah sadar bahwa ada skenario yang Allah siapkan yang jauh lebih indah dibanding dengan rencana kita. Dengan begitu ujian akan tetap terasa indah.

Move on dan berbahagialah

Ujian yang dihadapi untuk diselesaikan, maka mulailah berpikir jernih, carilah cara, mintalah fatwa, dan bertawakkallah kepada Allah swt atas setiap usaha yang kita lakukan. Ingatlah janji Allah swt :

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad), dan Kami pun telah menurunkan beban darimu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan sebutkan namamu bagimu, maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S Asy-Syarh 1-8)



Didalam surah Asy-Syarh diatas disebutkan 2 kali janji Allah, bahwa bersamaan dengan datangnya kesulitan, akan ada kemudahan yang mengiringinya. Yakinlah jalan keluar sudah memiliki pintu untuk anda buka, yang perlu diusahakan saat ini adalah anda harus menyusuri jalan berliku, berkerikil bahkan berbatu untuk sampai pada pintu tersebut, dan membukanya dengan penuh rasa puas dan kelegaan bahwa anda sudah sampai dilevel pendewasaan yang Allah swt janjikan.

Meminjam kata-katanya Bang Muhammad Assad dalam bukunya - Notes From Qatar. beliau mengatakan bahwa :

"There is no growth in comfort zone,

and there is no comfort in growth zone.

 I must leave my comfort zone to GROW !!!"

 Jadi La Tahzan (Janganlah beredih) sudah Allah swt siapkan kado spesial bagi anda yang kini tengah berjuang melalui ujian dengna penuh sabar dan tawakkal kepada Alla swt. Jangan menyalahkan masalah, apalagi menyalahkan Allah swt.


Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui ,” (Qs. Al-Baqarah : 216)



Ketika kita mendekat kepadaNya dengan merangkak, Ia akan mendekat pada kita dengan berjalan, ketika kita mendekat  kepadaNya dengan berjalan, Ia akan medekat pada kita dengan berlari. “Maka nikmat Tuhanmu mana yang dapat kamu dustakan?”



“HANYALAH ALLAH SWT TEMPAT KAMI MEMINTA DAN MEMOHON PERTOL/NGAN,  TUNJUKILAH KAMI KEJALAN-MU YG LURUS, YAITU JALAN ORANG-ORANG YANG KAU BERI NIKMAT, BUKAN JALAN MEREKA YANG KAU MURKAI, DAN BUKAN PULA JALAN MEREKA YANG SESAT.”

Wallahualam.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi dalam hal kebaikan.


Sumber : ummi-online.com
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Skenario Allah yang Memang Indah, Hikmah dalam Tiap Ujian Cinta